‘Umar Radhiyallahu Anhu (RA) berkata :
1. “Barang siapa banyak tertawa, maka wibawanya sedikit.
2. Barang siapa suka meremehkan orang, maka dia tentu akan diremehkan orang lain.
3. Barang siapa memperbanyak sesuatu, maka dia akan dikenal dengan sesuatu itu.
4. Barang siapa banyak bicaranya, tentu banyak pula dosanya.
5. Barang siapa banyak dosanya, maka tentu sedikit rasa malunya.
6. Barang siapa sedikit rasa malunya, maka sedikit pula sifat wara’nya.
7. Barang siapa sedikit sifat wara’nya, maka hatinya akan mati.”
Berkaitan dengan poin 1, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wassallam bersabda :
“Jauhilah olehmu banyak tertawa, sebab sesungguhnya banyak tertawa itu dapat mematikan hati dan bisa menghilangkan wibawa.”
(Diriwayatkan dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu).
''Berkelakar itu merupakan makar(tipuan) setan yang akan mencelakakan sedikit demi sedikit dan merupakan tipuan hawa nafsu.”.
’Umar bin ’Abdul ’Azis berkata :
“Janganlah kalian banyak humor, karena banyak humor itu adalah suatu ketololan yang bisa melahirkan dendam dan bisa menjadikan hati keras.”
Al-Mawardi mengatakan dalam bait-bait syairnya :
Berkelakar itu awalnya manis
Tetapi berakhirnya dengan permusuhan yang sengit
Lelaki yang terhormat akan menghindarinya
Tetapi orang yang hina menyukainya.
Sehubungan dengan poin 6, disebutkan bahwa salah seorang ahli paramasastra telah mengatakan bahwa kecerahan wajah adalah karena rasa malunya, sebagaimana tumbuh-tumbuhan cerah karena siraman airnya.
Shalih ’Abdul Quddus telah mengatakan melalui bait-bait syair berikut :
Bila air muka berkurang, berkurang pula rasa malunya
Tiada kebaikan pada wajah bila kehilangan air mukanya
Peliharalah rasa malumu, karena tiada lain perbuatan yang mulia itu
Hanyalah dilihat dari rasa malunya.
Berkaitan dengan poin 3, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wassallam bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling banyak dosanya pada hari Kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bicaranya tentang sesuatu yang tiada guna.” (HR. Ibnu Nashr).
“Lisan itu kelak akan disiksa dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakan kepada anggota tubuh yang lain. Selanjutnya, lisan itu berkata :”Wahai Tuhanku, mengapa Engkau menyiksaku dengan siksaan yang tidak pernah Engkau timpakan kepada anggota badan yang lain?” Maka dikatakan kepadanya : “Karena telah keluar darimu ucapan yang bisa menggemparkan dunia di Timur dan di Barat, yang menyebabkan ditumpahkannya darah secara haram; dirampasnya harta secara haram; dan digaulinya farji secara haram. Oleh karena itu, demi keagungan-Ku, maka Aku benar-benar akan menyiksamu dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada anggota badan yang lain, selain kamu (lisan).” (HR. Abu Nu’aim).
Dikirim dalam Kitab Nashaihul Ibaad
No comments:
Post a Comment
berkata benarlah walaupun pahit